jumrah yang ketiga bernama

Jumrah yang Ketiga Bernama: Aqabah, Ula, dan

Jumrah yang Ketiga Bernama: Mengenal Lebih Dekat Ula, Wusta, dan Aqabah

Ibadah haji, sebagai salah satu rukun Islam, memiliki serangkaian ritual yang sarat makna. Salah satu ritual penting tersebut adalah melempar jumrah di Mina. Melempar jumrah merupakan simbol perlawanan terhadap godaan setan dan manifestasi ketaatan seorang hamba kepada Allah SWT. Ritual ini dilakukan oleh jamaah haji selama hari-hari Tasyrik (11, 12, dan 13 Dzulhijjah), setelah sebelumnya melaksanakan wukuf di Arafah dan mabit di Muzdalifah.

Terdapat tiga jumrah yang harus dilempar, yaitu Jumrah Ula (pertama), Jumrah Wusta (tengah), dan Jumrah Aqabah (terakhir). Ketiga jumrah ini melambangkan godaan setan yang berbeda-beda. Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai jumrah yang ketiga, yaitu Jumrah Aqabah, serta memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai ketiga jumrah tersebut dan tata cara melemparnya dengan benar.

Apa Itu Jumrah Aqabah?

Jumrah Aqabah, juga dikenal sebagai Jumrah Kubra, adalah jumrah yang paling besar dan terletak paling dekat dengan Makkah. Ia merupakan simbol godaan setan yang paling besar dan kuat. Melempar Jumrah Aqabah menandakan tekad seorang Muslim untuk menjauhi segala bentuk kemaksiatan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Pada hari Nahar (10 Dzulhijjah), jamaah haji hanya melempar Jumrah Aqabah dengan tujuh butir kerikil. Setelah melempar Jumrah Aqabah, jamaah diperbolehkan untuk melakukan tahallul awal, yaitu mencukur atau memotong rambut, serta melepas pakaian ihram biasa.

Jumrah Ula dan Wusta: Urutan dan Maknanya

Selain Jumrah Aqabah, terdapat dua jumrah lainnya yang perlu diketahui, yaitu Jumrah Ula dan Jumrah Wusta. Ketiganya dilempar secara berurutan selama hari-hari Tasyrik. Jumrah Ula adalah jumrah yang paling dekat dengan Masjidil Haram, sementara Jumrah Wusta terletak di antara Jumrah Ula dan Jumrah Aqabah.

Setiap jumrah melambangkan godaan setan yang berbeda-beda. Jumrah Ula melambangkan godaan yang paling kecil, Jumrah Wusta melambangkan godaan yang sedang, dan Jumrah Aqabah melambangkan godaan yang paling besar. Dengan melempar ketiga jumrah ini, jamaah haji menunjukkan tekad mereka untuk melawan segala bentuk godaan setan dan selalu berada di jalan yang benar.

Tata Cara Melempar Jumrah yang Benar

Melempar jumrah memiliki tata cara yang spesifik dan perlu diperhatikan agar ibadah haji sah. Berikut adalah tata cara melempar jumrah yang benar:

  1. Niat: Sebelum melempar, niatkan dalam hati untuk melempar jumrah sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT dan perlawanan terhadap godaan setan.
  2. Jumlah Kerikil: Siapkan tujuh butir kerikil untuk setiap jumrah yang akan dilempar. Kerikil ini sebaiknya diambil dari Muzdalifah atau Mina.
  3. Urutan Melempar: Pada hari-hari Tasyrik, lemparlah jumrah secara berurutan dimulai dari Jumrah Ula, kemudian Jumrah Wusta, dan terakhir Jumrah Aqabah.
  4. Cara Melempar: Lemparkan kerikil satu per satu ke arah tiang jumrah. Usahakan agar kerikil masuk ke dalam lingkaran tiang jumrah.
  5. Doa: Setelah melempar setiap jumrah, berdoalah kepada Allah SWT agar diberikan kekuatan untuk menjauhi godaan setan dan selalu berada di jalan yang benar.

Posisi Saat Melempar Jumrah

Saat melempar Jumrah Ula dan Wusta, disunnahkan untuk berdiri menghadap kiblat setelah selesai melempar setiap jumrah. Berdoalah dengan khusyuk dan penuh harap kepada Allah SWT. Namun, setelah melempar Jumrah Aqabah, tidak disunnahkan untuk berhenti dan berdoa, karena waktu sangat berharga dan jamaah lain juga ingin melaksanakan ibadah.

Perhatikan kondisi sekitar saat melempar jumrah. Hindari berdesak-desakan dan utamakan keselamatan diri dan orang lain. Jika memungkinkan, lemparlah jumrah pada waktu-waktu yang tidak terlalu ramai.

Waktu yang Tepat untuk Melempar Jumrah

Waktu yang utama untuk melempar jumrah adalah setelah terbit matahari pada hari-hari Tasyrik. Namun, jika karena suatu alasan (seperti sakit atau udzur syar’i lainnya) tidak memungkinkan untuk melempar pada waktu tersebut, diperbolehkan untuk melempar setelah matahari tergelincir atau bahkan di malam hari.

Bagi orang-orang yang lemah (seperti wanita hamil, orang tua, atau orang sakit), diperbolehkan untuk mewakilkan melempar jumrah kepada orang lain. Hal ini bertujuan untuk menjaga keselamatan dan kesehatan mereka.

Hikmah di Balik Melempar Jumrah

Melempar jumrah bukan sekadar ritual melempar batu, tetapi memiliki hikmah yang mendalam. Ibadah ini mengajarkan kita untuk selalu melawan godaan setan dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan. Ia juga mengingatkan kita akan kisah Nabi Ibrahim AS yang diuji oleh Allah SWT untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail AS. Setan berusaha menggagalkan perintah Allah tersebut, namun Nabi Ibrahim AS dengan tegas menolaknya.

Dengan melempar jumrah, kita meneladani keteguhan Nabi Ibrahim AS dalam menjalankan perintah Allah SWT dan menolak godaan setan. Ibadah ini juga menjadi pengingat bagi kita untuk selalu memperkuat iman dan taqwa kita agar tidak mudah terjerumus ke dalam perbuatan dosa.

Kesimpulan

Melempar jumrah adalah bagian penting dari ibadah haji yang melambangkan perlawanan terhadap godaan setan. Memahami makna dan tata cara melempar jumrah dengan benar akan membantu kita melaksanakan ibadah haji dengan lebih khusyuk dan bermakna. Ingatlah bahwa melempar jumrah bukan hanya sekadar ritual fisik, tetapi juga merupakan manifestasi dari tekad kita untuk selalu berada di jalan yang benar dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan.

Semoga artikel ini memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai jumrah, khususnya Jumrah Aqabah, serta tata cara melemparnya. Semoga Allah SWT menerima ibadah haji kita dan memberikan kita kekuatan untuk istiqomah di jalan-Nya. Aamiin.