Secara Bahasa Tafkhim Artinya: Pengertian Lengkap & Hukumnya dalam Tajwid

Secara Bahasa Tafkhim Artinya: Pengertian, Hukum, dan Contohnya

Dalam mempelajari ilmu tajwid, kita seringkali mendengar istilah “tafkhim”. Istilah ini berkaitan erat dengan cara melafalkan huruf-huruf tertentu dalam Al-Quran. Bagi sebagian orang, mungkin masih belum terlalu familiar dengan arti kata tafkhim itu sendiri. Memahami arti tafkhim secara bahasa adalah langkah awal yang penting untuk menguasai hukum-hukum yang berkaitan dengannya.

Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang arti tafkhim secara bahasa, pengertiannya dalam ilmu tajwid, hukum-hukum yang mengaturnya, serta contoh-contoh penerapannya dalam bacaan Al-Quran. Dengan pemahaman yang baik, diharapkan kita dapat membaca Al-Quran dengan lebih fasih dan sesuai dengan kaidah tajwid yang benar.

Arti Tafkhim Secara Bahasa

Secara bahasa, tafkhim (تَفْخِيْمٌ) berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti tebal, gemuk, atau agung. Kata ini mengandung makna kebesaran dan keagungan, yang kemudian diaplikasikan dalam ilmu tajwid untuk menggambarkan cara pengucapan huruf tertentu.

Dalam konteks bahasa, tafkhim menggambarkan sesuatu yang besar dan kuat. Ketika dikaitkan dengan pengucapan huruf, maka tafkhim mengindikasikan pengucapan huruf dengan suara yang lebih tebal dan berat dibandingkan pengucapan huruf secara biasa.

Pengertian Tafkhim dalam Ilmu Tajwid

Dalam ilmu tajwid, tafkhim adalah cara membaca huruf Hijaiyah tertentu dengan menebalkan bunyinya. Tebal di sini berarti suara huruf tersebut diucapkan dengan tekanan yang lebih kuat dan penuh, sehingga terasa lebih besar dan berat di mulut.

Dengan kata lain, tafkhim adalah sifat huruf yang menunjukkan bahwa huruf tersebut harus dibaca dengan tebal. Lawan dari tafkhim adalah tarqiq, yang berarti membaca huruf dengan tipis. Membedakan antara tafkhim dan tarqiq sangat penting agar bacaan Al-Quran kita sesuai dengan makhraj dan sifat huruf yang benar.

Hukum Bacaan Tafkhim

Hukum bacaan tafkhim dalam Al-Quran berlaku untuk beberapa huruf tertentu. Memahami hukum ini penting agar kita bisa membaca Al-Quran dengan benar dan tartil. Huruf-huruf yang dibaca tafkhim terbagi menjadi beberapa kategori dengan aturan yang berbeda-beda.

Secara umum, huruf yang selalu dibaca tafkhim adalah huruf-huruf isti’la’ (اِسْتِعْلَاء), yaitu huruf-huruf yang ketika diucapkan, pangkal lidah terangkat ke langit-langit mulut. Huruf isti’la’ terkumpul dalam kalimat: خُصَّ ضَغْطٍ قِظْ (khussa dlaghtin qidz).

Huruf yang Selalu Dibaca Tafkhim (Huruf Isti’la’)

Huruf-huruf isti’la’ yang terdiri dari kha (خ), shad (ص), dhad (ض), ghain (غ), tha (ط), qaf (ق), dan zha (ظ) selalu dibaca dengan tebal, apapun harakat (tanda baca) yang melekat padanya. Ketebalan suara pada huruf-huruf ini memberikan kekhasan dalam bacaan Al-Quran.

Contohnya, ketika membaca huruf “qaf” (ق) pada kata “قال” (qala), kita harus menebalkan pengucapannya sehingga terdengar berbeda dengan huruf “kaf” (ك). Perbedaan ini terletak pada posisi lidah dan tekanan udara saat mengucapkan huruf tersebut.

Hukum Bacaan Lam Tafkhim (ل)

Huruf lam (ل) pada lafaz Allah (الله) juga bisa dibaca tafkhim, namun dengan syarat tertentu. Hukum lam tafkhim ini hanya berlaku jika lafaz Allah didahului oleh harakat fathah (ـَ) atau dhammah (ـُ).

Contohnya, pada kalimat “رسولُ الله” (Rasulullah), huruf lam pada lafaz Allah dibaca tafkhim karena didahului oleh dhammah pada kata “Rasul”. Sebaliknya, jika didahului oleh kasrah (ـِ), maka lam dibaca tarqiq (tipis), seperti pada kalimat “بسم الله” (Bismillah).

Hukum Bacaan Ra Tafkhim (ر)

Huruf ra (ر) juga memiliki hukum tafkhim dan tarqiq, tergantung pada harakat dan huruf yang mendahuluinya. Ra dibaca tafkhim jika berharakat fathah (ـَ) atau dhammah (ـُ), atau jika sukun (mati) dan didahului oleh fathah atau dhammah.

Contohnya, pada kata “رَبّ” (Rabb), huruf ra dibaca tafkhim karena berharakat fathah. Ra juga dibaca tafkhim jika sukun dan didahului oleh huruf berharakat fathah, seperti pada kata “مَرْيَم” (Maryam).

Ra Sukun Didahului Kasrah Asli

Jika ra sukun didahului oleh kasrah asli (kasrah yang bukan karena perubahan), maka ra dibaca tarqiq (tipis). Contohnya pada kata “فِرْعَوْن” (Fir’aun).

Perlu diingat bahwa kasrah yang dimaksud adalah kasrah asli, bukan kasrah yang muncul karena proses i’lal atau i’rab (perubahan harakat karena kaidah nahwu).

Ra Sukun Didahului Hamzah Washal

Ra sukun juga dibaca tafkhim jika didahului oleh hamzah washal dan huruf ketiga dari kata tersebut berharakat fathah atau dhammah. Contohnya pada kata “اِرْجِع” (Irji’).

Hamzah washal adalah hamzah tambahan yang dibaca hanya ketika memulai bacaan. Ketika bacaan disambung, hamzah washal tidak dibaca.

Contoh Penerapan Tafkhim dalam Al-Quran

Penerapan tafkhim dalam Al-Quran dapat ditemukan di banyak ayat. Memperhatikan contoh-contoh ini dapat membantu kita memahami bagaimana cara membaca huruf-huruf tafkhim dengan benar dan tepat.

Beberapa contoh penerapan tafkhim antara lain pada surat Al-Fatihah, seperti pada kata “الصِّرَاطَ” (ash-shirata) di mana huruf shad (ص) dibaca tafkhim, dan pada kata “غَيْرِ” (ghairi) di mana huruf ghain (غ) juga dibaca tafkhim.

Kesimpulan

Memahami arti tafkhim secara bahasa dan istilah dalam ilmu tajwid adalah fondasi penting untuk membaca Al-Quran dengan baik dan benar. Dengan mengetahui huruf-huruf yang wajib dibaca tafkhim, hukum-hukum yang mengaturnya, dan contoh-contoh penerapannya, kita dapat meningkatkan kualitas bacaan kita dan mendekatkan diri kepada makna Al-Quran yang sesungguhnya.

Oleh karena itu, teruslah belajar dan berlatih membaca Al-Quran dengan tartil dan sesuai dengan kaidah tajwid yang benar. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kemudahan dan keberkahan kepada kita dalam mempelajari Al-Quran.