Mahavira: Ajaran dan Filosofi Hidup Damai dalam Jainisme
Mahavira, yang juga dikenal sebagai Vardhamana, adalah Tirthankara ke-24 dan terakhir dalam Jainisme. Beliau bukan pendiri Jainisme, tetapi dianggap sebagai pembaharu yang menyebarkan dan menghidupkan kembali ajaran-ajaran kuno. Ajaran Mahavira menekankan pada ahimsa (tanpa kekerasan), satya (kebenaran), asteya (tidak mencuri), brahmacharya (kemurnian), dan aparigraha (tidak melekat). Ajaran-ajaran ini menjadi landasan filosofi Jainisme yang mendorong pengikutnya untuk mencapai pembebasan (moksha) melalui pengendalian diri dan praktik spiritual yang ketat.
Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai ajaran-ajaran Mahavira, serta relevansinya dalam kehidupan modern. Kita akan menjelajahi prinsip-prinsip dasar Jainisme yang diajarkan oleh Mahavira, bagaimana prinsip-prinsip ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dan mengapa filosofi ini masih relevan di dunia yang serba cepat dan penuh tantangan ini.
Ahimsa: Tanpa Kekerasan dalam Tindakan, Pikiran, dan Perkataan
Ahimsa, atau tanpa kekerasan, adalah landasan utama dalam ajaran Mahavira dan Jainisme. Ini bukan sekadar menghindari kekerasan fisik, tetapi juga kekerasan dalam pikiran, perkataan, dan tindakan. Mahavira mengajarkan bahwa setiap makhluk hidup memiliki jiwa (jiva) dan berhak untuk hidup tanpa disakiti. Oleh karena itu, pengikut Jainisme berusaha untuk meminimalkan dampak negatif mereka terhadap semua makhluk hidup, bahkan yang terkecil sekalipun.
Praktiknya dalam kehidupan sehari-hari sangat beragam, mulai dari menjadi vegetarian atau vegan yang ketat, hingga berhati-hati dalam berjalan agar tidak menginjak serangga, dan menghindari perkataan kasar atau menyakitkan. Ahimsa bukan hanya sekadar aturan, tetapi juga sebuah filosofi yang mendorong pengembangan welas asih, empati, dan rasa hormat terhadap semua makhluk hidup.
Satya: Kebenaran dalam Kata dan Perbuatan
Satya, atau kebenaran, adalah prinsip penting lainnya dalam ajaran Mahavira. Ini berarti jujur dalam perkataan dan perbuatan, serta menghindari kebohongan atau penipuan dalam segala bentuk. Mahavira mengajarkan bahwa kebohongan dapat merugikan orang lain dan diri sendiri, serta menghalangi jalan menuju pembebasan. Kejujuran menciptakan kepercayaan dan harmoni dalam hubungan antarmanusia.
Praktik satya mencakup menghindari gosip, fitnah, dan penyebaran informasi yang tidak benar. Selain itu, satya juga berarti jujur kepada diri sendiri dan mengakui kekurangan serta kesalahan yang telah diperbuat. Dengan mempraktikkan satya, seseorang dapat membangun integritas dan mengembangkan hubungan yang tulus dengan orang lain.
Asteya: Tidak Mencuri dalam Bentuk Apapun
Asteya, atau tidak mencuri, melampaui sekadar tidak mengambil barang milik orang lain. Dalam ajaran Mahavira, asteya mencakup menghindari segala bentuk eksploitasi, korupsi, dan ketidakadilan. Ini berarti menggunakan sumber daya dengan bijak dan menghindari pemborosan, serta menghormati hak milik orang lain, baik secara fisik maupun intelektual.
Praktiknya dalam kehidupan sehari-hari mencakup membayar pajak secara jujur, menghindari plagiarisme, dan menolak suap atau korupsi. Selain itu, asteya juga berarti menghargai waktu dan energi orang lain, serta menghindari mengambil keuntungan dari kelemahan orang lain. Dengan mempraktikkan asteya, seseorang dapat membangun masyarakat yang adil dan sejahtera.
Brahmacharya: Kemurnian Pikiran, Perkataan, dan Perbuatan
Brahmacharya, atau kemurnian, seringkali diartikan sebagai pantang seksual, tetapi dalam ajaran Mahavira, maknanya lebih luas. Brahmacharya mencakup pengendalian nafsu, pikiran, perkataan, dan perbuatan. Ini berarti memfokuskan energi pada pengembangan spiritual dan menghindari hal-hal yang dapat mengganggu pikiran dan merusak moralitas.
Praktiknya dalam kehidupan sehari-hari dapat bervariasi, tergantung pada tingkat komitmen individu. Bagi para biarawan dan biarawati Jainisme, brahmacharya berarti pantang seksual sepenuhnya. Bagi umat awam, brahmacharya berarti menjaga kesetiaan dalam pernikahan dan menghindari perilaku yang tidak pantas. Selain itu, brahmacharya juga mencakup pengendalian diri dalam hal makanan, minuman, dan hiburan.
Aparigraha: Tidak Melekat pada Hal-hal Material
Aparigraha, atau tidak melekat, adalah prinsip yang menekankan pentingnya melepaskan keterikatan pada hal-hal material. Mahavira mengajarkan bahwa keterikatan pada kekayaan, kekuasaan, dan kesenangan duniawi dapat menghalangi jalan menuju pembebasan. Aparigraha bukan berarti hidup dalam kemiskinan, tetapi berarti menggunakan sumber daya dengan bijak dan berbagi dengan mereka yang membutuhkan.
Mengurangi Keterikatan pada Harta
Praktiknya dalam kehidupan sehari-hari mencakup menyederhanakan gaya hidup, menghindari konsumsi berlebihan, dan memberikan sumbangan untuk amal. Selain itu, aparigraha juga berarti melepaskan keterikatan pada identitas dan ego, serta mengembangkan sikap netralitas terhadap pujian dan kritik.
Dengan mengurangi keterikatan pada harta, seseorang dapat membebaskan diri dari stres dan kecemasan yang disebabkan oleh keinginan dan ketakutan kehilangan. Aparigraha membantu seseorang untuk fokus pada hal-hal yang lebih penting dalam hidup, seperti pengembangan spiritual dan pelayanan kepada orang lain.
Mengembangkan Sikap Tidak Melekat
Mengembangkan sikap tidak melekat juga berarti menerima perubahan dan ketidakpastian sebagai bagian dari kehidupan. Hal ini membantu seseorang untuk mengatasi kesulitan dan kehilangan dengan lebih baik, serta menghargai momen saat ini tanpa terlalu khawatir tentang masa depan.
Dengan mempraktikkan aparigraha, seseorang dapat mencapai kedamaian batin dan kebahagiaan sejati yang tidak bergantung pada kondisi eksternal. Aparigraha mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati dapat ditemukan dalam diri sendiri, bukan dalam hal-hal material.
Kesimpulan
Ajaran Mahavira, yang menekankan pada ahimsa, satya, asteya, brahmacharya, dan aparigraha, menawarkan jalan menuju kehidupan yang lebih damai, bermakna, dan berkelanjutan. Prinsip-prinsip ini tidak hanya relevan bagi para pengikut Jainisme, tetapi juga bagi siapa saja yang mencari kebahagiaan sejati dan kedamaian batin. Dengan mempraktikkan ajaran-ajaran ini dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat membangun masyarakat yang lebih adil, welas asih, dan harmonis.
Di dunia yang serba cepat dan penuh tantangan ini, ajaran Mahavira menawarkan panduan yang berharga untuk menjalani kehidupan dengan penuh kesadaran, integritas, dan welas asih. Mari kita bersama-sama merenungkan ajaran-ajaran ini dan menerapkannya dalam kehidupan kita, sehingga kita dapat mencapai potensi penuh kita sebagai manusia dan memberikan kontribusi positif bagi dunia. Jelajahi lebih lanjut di smkn19jakarta.sch.id!